--> Sejarah 10 November 1945 dan Kesalahan Fatal Bung Tomo - Rovylicious
w9vb7L0M7j9qO5VekXjh9f4upwh86ATk0lG5dKZM

Sejarah 10 November 1945 dan Kesalahan Fatal Bung Tomo

Bung Tomo
Image: tribunnews.com - 10 November dan Bung Tomo
Pada 10 November 1945 terjadi "The Battle of Soerabaja" antara arek-arek Suroboyo sama militer Inggris, sekarang dikenang sebagai Hari Pahlawan. Kalau ngomongin Hari Pahlawan, salah satu yang paling memorable itu foto Bung Tomo ini.

Beliau lagi berorasi di lapangan terbuka, membakar semangat para pejuang Surabaya untuk mengusir militer Inggris. Ini yang dikatakan banyak buku sejarah, terutama buku sejarah zaman-zaman milenial masih SD.

Tapi tunggu dulu, faktanya, ini Bung Tomo difoto di hotel di Malang, tahun 1947 (2 tahun setelah peristiwa 10 November 1945). Selain itu Mayor Jendral Sungkono, pemimpin perang Surabaya, pernah mau potong jarinya Bung Tomo karena beliau ini banyak bikin beberapa kesalahan dan korban dari rakyat Surabaya semakin banyak.

Btw ini gak ada sama sekali mau menjatuhkan Bung Tomo, kontribusi beliau juga banyak di pertempuran ini, tapi ini ada 'sisi lain' dari sejarah yg gak dikasih tau di sekolah.

Awal pertempuran 10 November ini dimulai pasca Jepang nyerah ke sekutu, pas Indonesia deklarasikan kemerdekaan di 17 Agustus 1945. Kemerdekaan ini gak langsung adem ayem, rakyat kita mau melucuti senjata-senjatanya Jepang, sampe akhirnya pertempuran ada lagi.

Ngeliat ini, Oktober 1945 militer Inggris dari Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) datang ke Indonesia bareng tentara Belanda yaitu NICA, mereka punya misi mau ikut rakyat kita melucuti persenjataan Jepang juga dan memulangkan semua tentara-tentara Jepang ini ke negara asalnya.

Tapi, NICA ternyata ada misi lain, mereka mau rebut Indonesia untuk kembali jatuh ke Belanda. Rakyat kita tau, dan bikin perlawanan, terciptalah 10 November 1945 di Surabaya untuk mempertahankan kemerdekaan ini.

Yang jadi komandan di pertempuran ini Mayjen Sungkono, salah satu tokoh pendiri Badan Keamanan Rakyat (BKR) & Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yg jadi cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Mallaby
Image: merdeka.com - A.W.S Mallaby (kanan)
Pertempuran 10 November 1945 ini 'makin panas' karena kematian perwira tinggi Inggris, Brigadir A.W.S Mallaby pada 30 Oktober 1945 di dekat Jembatan Merah, Surabaya. Inggris ngasih ultimatum ke Indonesia tanggal 9 November 1945 untuk menyerahkan diri, tapi pihak kita gak hiraukan ultimatum ini.

Akhirnya pecahlah Pertempuran 10 November 1945. Sebelum pertempuran, Mayjen Sungkono pun bersabda dalam pidato di hadapan arek-arek Suroboyo,

"Saudara-saudara, saya ingin mempertahankan Kota Surabaya. Surabaya tidak bisa kita lepaskan dari bahaya ini, Kalau saudara-saudara mau meninggalkan kota, saya juga tidak menahan; tapi saya akan mempertahankan kota sendiri", dikutip dari 'Surabaya 1945: Sakral Tanahku (2016)' tulisan Frank Palmos.

Terbakarlah semangat rakyat, mereka berjuang bersama Mayjen Sungkono di medan perang. Mulai dari tukang becak, seniman, politikus, para santri dan ulama dengan semangat jihad dan teriakan takbirnya, Kristen, Konghucu, termasuk bek Persebaya Soegiarto yg juga ikut gugur di pertempuran ini.

Eits, tapi jangan lupakan sumbangsih Bung Tomo. Walau gak langsung terjun ke medan perang, dia salah satu yg berkontribusi dalam memberi spirit ke rakyat lewat orasinya di radio. Karena berbagai orasinya yg berapi-api inilah yg membuat arek-arek Suroboyo makin semangat.

Tapi, kembali ke awal tadi, Mayjen Sungkono beberapa kali dibuat kesel sama Bung Tomo karena berbagai kesalahan dia di radio.

Untuk foto orasi Bung Tomo yg membakar semangat rakyat itu dilakukan di hotel tahun 1947 dikemukakan sama Sejarawan Universitas Airlangga (Unair), Purnawan Basundoro ke Liputan6 pada 12 November 2019 lalu,

"Foto itu dibuat di sebuah hotel di Malang tahun 1947. Di belakangnya ada payungnya hotel".

Menurutnya, Bung Tomo gak pernah orasi di lapangan terbuka, pose di foto itu hasil dari pengarah gaya. Foto ini sendiri merepresentasikan peran beliau di Surabaya, simbolik perlawanan rakyat Surabaya, jadi gak masalah. Btw untuk orasi berapi-api dan takbir Bung Tomo, semua lewat radio karena beliau ini memang jurnalis dan penyiar radio.

Mayjen Sungkono
Image: kumparan.com - Mayjen Sungkono
Mayjen Sungkono pernah bilang,

"Kirim Bung Tomo ke sini! Kita akan potong jarinya untuk dijadikan peluru!", karena beberapa kesalahan Bung Tomo, dikutip dari cerita sahabatnya yaitu Williater Hutagalung Putra dalam Autobiografinya.

Pertama, Bung Tomo pernah bilang di radio dengan minta pihak dapur umum kirimkan makanan ke pasukan kita yg kelaparan. Fatalnya, lokasi detail pasukan ini disebutkan Bung Tomo di radio itu.

Niatnya baik, minta dapur umum ngasih makan ke pasukan, tapi siaran ini didenger sama musuh, akhirnya bukan makanan yang datang. Yang datang pasukan musuh, langsung nembakin pasukan kita yg gak siap tempur.

Dikutip dari Sejarawan Nugroho Notosusanto dalam buku 'Pertempuran Surabaya (1985)', Bung Tomo pernah juga ngasih kabar lewat radio ke posisi penembak meriam di sekitar Undaan bahwa posisi mereka nembak itu gak sampe ke sasaran.

Fatalnya lagi, siaran Bung Tomo itu didengar musuh, lokasi detail penembak meriam ini diketahui musuh dan posisi pasukan meriam di Undaan langsung dihabisin sama musuh.

Kesalahan lainnya waktu Bung Tomo menyiarkan lokasi gudang senjata di Kedung Cowek, yang saat itu beliau minta senjata-senjata di gudang itu dibongkar dan dibagikan ke rakyat. Lokasi tempat gudang senjata ini disebutkan di siarannya, dan pihak sekutu dengan gampangnya nemuin tempat ini trus dihancurin pakai meriam.

Serangan sekutu ke gudang ini bikin Bung Tomo ngasih tau ke pasukan kita di lokasi lain untuk hentikan serangan sekutu itu, tapi lagi-lagi Bung Tomo nyebut lokasi pasukan yg di lokasi lain ini. Sekutu tau dengan mudah, pasukan senjata berat di lokasi lain ini langsung dapat tembakan udara dari sekutu.

10 November 1945
Image: tagar.id - Sejarah 10 November 1945
Sehabis pertempuran 10 November 1945 ini Bung Tomo kena nyinyir. Tapi beliau gak merasa bersalah dan bilang, "Moso Inggris percaya sama aku (Masa Inggris percaya sama aku)," dikutip dari buku 'Memoar Hario Kecik (1995)' tulisan Soehario Padmodiwirio dan Herman Widodo.

Bahkan waktu itu sempet mencuat juga opini orang: tetang "Siapa sih Bung Tomo? Apa jurnalis itu cuma sampul doang", dll.

Tanggal 10 November 1945 itu mulai jam 06.00 militer Inggris terus bombardir Surabaya dari laut, udara, darat, gak berenti pagi siang malam sampai 21 hari. Tapi militer Inggris pun akuin, Pertempuran Surabaya ini pengalaman tempur yang lumayan berat setelah mereka terlibat di Perang Dunia II.

Dan faktanya, Indonesia kalah telak di pertempuran 10 November ini. Head to head sama pemenang Perang Dunia II. Sekutu gugur 2000 pasukan, dari kita 16.000 pejuang gugur dan 200.000 sipil ngungsi keluar kota. Surabaya jatuh ke tangan sekutu.

Tapi ada satu hal yg membuat kita menang, yaitu semangat dan solidaritas rakyat untuk memperjuangkan kemerdekaan. Sekutu dengan persenjataan modern mengira 3 hari Surabaya dah ke tangan mereka, tapi ini ternyata sampai 21 hari.

Bayangin aja, yg terlibat bukan cuma TKR tapi sampai NU dengan resolusi jihad mereka yg dipimpin KH Hasyim Asy'ari, KH. Wahab Hasbullah, dll, dan organisasi-organisasi lainnya yang ikut gabung.

Jatuhnya Surabaya ke tangan sekutu ini mencetuskan pertempuran di daerah lainnya yaitu di Jakarta tanggal 18 November, di Semarang 18 November, di Riau 18 November, di Ambarawa 21 November, di Bandung 6 Desember sama di Medan 6 Desember. Bahkan sampai 24 Maret 1946 tercetus Bandung Lautan Api. Jadi total rentetannya sampai 100 hari lebih.

Mereka beda latar belakang tapi satu semangat, mereka beda cara berdoa tapi satu tujuan, mereka berbeda warna kulit tapi satu misi, yaitu memperjuangkan Indonesia. Karena pergolakan di berbagai daerah inilah akhirnya sekutu mundur, Soekarno menetapkan 10 November sebagai Hari Pahlawan.

Mobil Mallaby
Image: tirto.id - Mobil A.W.S Mallaby
Related Posts

Related Posts

Post a Comment